Bercinta Dengan Guruku, Nikmat Sekali
Ini pengalaman kencan bercinta sebelum aku mengenal
internet, tepatnya ketika aku masih duduk di bangku SMA. Sedang teman kencan
adalah seorang guru seni lukis di SMA ku yang masih terbilang baru dan masih
lajang. Saat itu umur ku masih Menginjak 19-20 tahun. Sedang guru seni lukis ku
itu adalah guru wanita paling muda, baru 25 tahun. Semula aku memanggilnya Bu
Guru, layaknya seorang murid kepada gurunya. Tapi semenjak kami akrab dan dia
mengajariku making love, lama-lama aku memanggilnya dengan sebutan Kak.
Tepatnya, Kak Yeyen. Mau tahu ceritanya?
Sore itu ada seorang anak kecil datang mencari ke rumah.
Aku diminta datang ke rumah Kak Yeyen, tetangga di kampungku, untuk memperbaiki
jaringan listrik rumahnya yang rusak.
“Cepat ya, Mas. Sudah ditunggu Kak Yeyen,” ujar anak SD
tetangga Kak Yeyen.
Dalam hati, aku sangat girang. Betapa tidak, guru seni
lukis itu rupanya makin lengket denganku. Aku sendiri tak tahu, kenapa dia
sering minta tolong untuk memperbaiki peralatan rumah tangganya. Yang jelas,
semenjak dia mengajaku melukis pergi ke lereng gunung dan making love di
semak-semak hutan, Kak Yeyen makin sering mengajakku pergi. Dan sore ini dia
memintaku datang ke rumahnya lagi.
Tanpa banyak pikir aku langsung berangkat dengan
mengendarai sepeda motor. Maklum, rumahnya terbilang cukup jauh, sekitar 5 km
dari rumahku. Setibanya di rumah Kak Yeyen, suasana sepi. Keluarganya tampaknya
sedang pergi. Benar saja, ketika aku mengetuk pintu, hanya Kak Yeyen yang
tampak.
“Ayo, cepat masuk. Semua keluargaku sedang pergi menghadiri
acara hajatan saudara di luar kota,” sambut Kak Yeyen sambil menggandeng
tanganku.
Darahku mendesir ketika membuntuti langkah Kak Yeyen.
Betapa tidak, pakaian yang dikenakan luar biasa sexy, hanya sejenis daster
pendek hingga tonjolan payudara dan pahanya terasa menggoda.
“Anu, Ndri… Listrik rumahku mati melulu. Mungkin ada ada
kabel yang konslet. Tolong betulin, ya… Kau tak keberatan kan?” pinta Kak Yeyen
kemudian.
Tanpa banyak basa-basi Kak Yeyen menggandengku masuk ke
ruang tengah, kemudian masuk ke sebuah kamar.
“Nah saya curiga jaringan di kamar ini yang rusak. Buruan
kau cek ya. Nanti keburu maghrib.”
Aku hanya menuruti segala permintaannya Setelah merunut
jaringan kabel, akhirnya aku memutuskan untuk memanjat atap kamar melalui
ranjang. Tapi aku tidak tahu persis, kamar itu tempat tidur siapa. Yang jelas,
aku sangat yakin itu bukan kamarnya orang tuanya. Celakanya, ketika aku
menelusuri kabel aku belum menemukan kabel yang lecet. Semuanya beres. Kemudian
aku pindah ke kamar sebelah. Aku juga tak bisa menemukan kabel yang lecet.
Kemudian pindah ke kamar lain lagi, sampai akhirnya aku harus meneliti kamar
tidur Kak Yeyen sendiri, sebuah kamar yang dipenuhi dengan aneka lukisan
sensual. Celakanya lagi, ketika hari telah gelap, aku belum bisa menemukan kabel
yang rusak. Akibatnya, rumah Kak Yeyen tetap gelap total. Dan aku hanya
mengandalkan bantuan sebuah senter serta lilin kecil yang dinyalakan Kak
Yeyen.
Lebih celaka lagi, tiba-tiba hujan deras mengguyur seantero
kota. Terpaksa aku harus berhenti. Tadinya aku ingin melanjutkan pekerjaan itu
besok pagi.
“Wah, maaf Kak aku tak bisa menemukan kabel yang rusak. Ku
pikir, kabel bagian puncak atap rumah yang kurang beres. Jadi besok aku harus
bawa tangga khusus,” jelasku sambil melangkah keluar kamar.
“Yah, tak apa-apa. Tapi sorry yah. Aku…. merepotkanmu,”
balas Kak Yanti.
“Itu es teh nya diminum dulu.”
Sementara menunggu hujan reda, kami berdua bercakap-cakap
berdua di ruang tengah. Cukup banyak kami bercerita mulai dari masalah pribadi
yang kami tukar, termasuk hubunganku dengan Kak Yeyen selama ini. Kak Yeyen
juga tidak ketinggalan menanyakan soal puisi indah tulisannya yang dia kirimkan
padaku lewat kado ulang tahunku beberapa bulan lalu.
Entah bagiamana awalnya, tahu-tahu nada percakapan kami
berubah mesra dan menjurus ke arah yang menggairahkan jiwa. Bahkan, Kak Yeyen
tak segan-segan membelai wajahku, mengelus telingku dan sebagianya. Tak sadar,
tubuh kami berdua jadi berhimpitan hingga menimbulkan rangsangan yang cukup
berarti untukku.
Apalagi setelah dadaku menempel erat pada payudaranya yang
berukuran tidak begitu besar namun bentuknya indah dan kencang. Dan tak ayal
lagi, penisku pun mulai berdiri mengencang. Aku tak sadar, bahwa aku sudah
terangsang oleh guru sekolahku sendiri! Namun hawa nafsu birahi yang mulai
melandaku sepertinya mengalahkan akal sehatku. Kak Yeyen sendiri juga tampaknya
memiliki pikiran yang sama saja. Ia tidak henti-hentinya mengulumi bibirku
dengan nafsunya.
Akhirnya, nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Sementara
bibirku dan Kak Yeyen masih tetap saling memagut, tanganku mulai menggerayangi
tubuh guru sekolahku itu. Kujamah gundukan daging kembar yang menghiasi dengan
indahnya dada Kak Yeyen yang masih berpakaian lengkap. Dengan segera ku remas
bagian tubuh yang sensitif tersebut.
“Aaah…Andri…aah…” Kak Yeyen mulai melenguh kenikmatan.
Bibirnya masih tetap melahap bibirku.
Mengetahui Kak Yeyen tidak menghalangiku, aku semakin
berani. Remasan tanganku pada payudaranya semakin menjadi-jadi. Sungguh suatu
kenikmatan yang baru pertama kali kualami meremas-remas benda kembar indah nan
kenyal milik guru sekolahku itu. Melalui kain blus yang dikenakan Kak Yeyen ku
mainkan ujung payudaranya yang begitu menggiurkan itu. Tubuh Kak Yeyen mulai
bergerak menggelinjang.
“Uuuuhhh… Kak….” Aku mendesah saat merasakan ada jamahan
yang mendarat di selangkanganku. Penisku pun bertambah menegang akibat sentuhan
tangan Kak Yeyen ini, membuatku bagian selangkangan celana panjangku tampak
begitu menonjol. Kak Yeyen juga merasakannya, membuatnya semakin bernafsu
meremas-remas penisku itu dari balik celana panjangku. Nafsu birahi yang menggelora
nampaknya semakin menenggelamkan kami berdua, sehingga membuat kami melupakan
hubungan kami sebagai guru-murid.
“Aaauuhh… Ndri… uuuh….” Kak Yeyen mendesis-desis dengan
desahannya karena remasan-remasan tanganku di payudaranya bukannya berhenti,
malah semakin merajalela. Matanya terpejam merasa kenikmatan yang begitu
menghebat.
Tanganku mulai membuka satu persatu kancing blus Kak Yeyen
dari yang paling atas hingga kancing terakhir. Lalu Kak Yeyen sendiri yang
menanggalkan blus yang dikenakannya itu. Aku terpana sesaat melihat tubuh guru
sekolahku itu yang putih dan mulus dengan payudaranya yang membulat dan
bertengger dengan begitu indahnya di dadanya yang masih tertutup beha katun
berwarna krem kekuningan. Tetapi aku segera tersadar, bahwa pemandangan amboi
di hadapannya itu memang tersedia untukku, terlepas itu milik guru sekolahku
sendiri.
Tidak ingin membuang-buang waktu, bibirku berhenti menciumi
bibir Kak Yeyen dan mulai bergerak ke bawah. Kucium dan kujilati leher jenjang
Kak Yeyen, membuatnya menggelinjal-gelinjal sambil merintih kecil. Sementara
itu, tanganku kuselipkan ke balik beha Kak Yeyen sehingga menungkupi seluruh
permukaan payudara sebelah kanannya. Puting susunya yang tinggi dan mulai
mengeras begitu menggelitik telapak tanganku. Segera kuelus-elus puting susu
yang indah itu dengan telapak tanganku. Kepala Kak Yeyen tersentak menghadap ke
atas sambil memejamkan matanya. Tidak puas dengan itu, ibu jari dan telunjukku
memilin-milin puting susu Kak Yeyen yang langsung saja menjadi sangat keras.
Memang baru kali ini aku menggeluti tubuh indah seorang wanita. Namun memang
insting kelelakianku membuatku seakan-akan sudah mahir melakukannya.
“Iiiihh…. auuuhhh…. aaahhh….” Kak Yeyen tidak dapat menahan
desahan-desahan nafsunya. Segala gelitikan jari-jemariku yang dirasakan oleh
payudara dan puting susunya dengan bertubi-tubi, membuat nafsu birahinya
semakin membulak-bulak.
Kupegang tali pengikat beha Kak Yeyen lalu kuturunkan ke
bawah. Kemudian beha itu kupelorotkan ke bawah sampai ke perut Kak Yeyen.
Puting susu Kak Yeyen yang sudah begitu mengeras itu langsung mencelat dan
mencuat dengan indahnya di depanku. Aku langsung saja melahap puting susu yang
sangat menggiurkan itu. Kusedot-sedot puting susu Kak Yeyen.
Kuingat masa kecilku dulu saat masih menyusu pada payudara
ibuku. Bedanya, tentu saja payudara guru sekolahku ini belum dapat mengeluarkan
air susu. Kak Yeyen menggeliat-geliat akibat rasa nikmat yang begitu melanda
kalbunya. Lidahku dengan mahirnya tak ayal menggelitiki puting susunya sehingga
pentil yang sensitif itu melenting ke kiri dan ke kanan terkena hajaran
lidahku.
“Oooh…. Andddriiiii” desahan Kak Yeyen semakin lama
bertambah keras. Untung saja rumahnya sedang sepi dan letaknya memang agak berjauhan
dari rumah yang paling dekat, sehingga tidak mungkin ada orang yang
mendengarnya.
Belum puas dengan payudara dan puting susu Kak Yeyen yang
sebelah kiri, yang sudah basah berlumuran air liurku, mulutku kini pindah
merambah bukit membusung sebelah kanan. Apa yang kuperbuat pada belahan indah
sebelah kiri tadi, kuperbuat pula pada yang sebelah kanan ini. Payudara sebelah
kanan milik guru sekolahku yang membulat indah itu tak luput menerima jelajahan
mulutku dengan lidahnya yang bergerak-gerak dengan mahirnya. Kukulum ujung
payudara Kak Yeyen.
Lalu kujilati dan kugelitiki puting susunya yang tinggi.
Puting susu itu juga sama melenting ke kiri dan ke kanan, seperti halnya puting
susu payudaranya yang sebelah kiri tadi. Kak Yeyen pun semakin merintih-rintih
karena merasakan geli dan nikmat yang menjadi-jadi berbaur menjadi satu padu.
Seperti tengah minum soft drink dengan memakai sedotan plastik, kuseruput
puting susu guru sekolahku itu.
“Ndrrriiii…. Aaaahhhhh….” Kak Yeyen menjerit panjang.
Lidahku tetap tak henti-hentinya menjilati puting susu Kak
Yeyen yang sudah demikian kerasnya. Sementara itu tanganku mulai bergerak ke
arah bawah. Kubuka retsleting celana jeans yang Kak Yeyen kenakan. Kemudian
dengan sedikit dibantunya sambil tetap merem-melek, kutanggalkan celana jeans
itu ke bawah hingga ke mata kaki. Tubuh bagian bawah Kak Yeyen sekarang hanya
dilindungi oleh selembar celana dalam dengan bahan dan warna yang seragam
dengan behanya. Meskipun begitu, tetap dapat kulihat warna kehitaman samar-samar
di bagian selangkangannya.
Ditunjang oleh nafsu birahi yang semakin menjulang tinggi,
tanpa berpikir panjang lagi, kulepas pula kain satu-satunya yang masih menutupi
tubuh Kak Yeyen yang memang sintal itu. Dan akhirnya tubuh mulus guru sekolahku
itu pun terhampar bugil di depanku, siap untuk kunikmati.
Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir vagina Kak
Yeyen di selangkangannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu tipis kehitaman
walaupun belum begitu banyak. Kutelusuri sekujur permukaan bibir vagina itu
secara melingkar berulang-ulang dengan lembutnya. Tubuh Kak Yeyen yang masih
terduduk di sofa melengkung ke atas dibuatnya, sehingga payudaranya semakin
membusung menjulang tinggi, yang masih tetap dilahap oleh mulut dan bibirku
dengan tanpa henti.
“Oooohhh…. Andrriiii…. Iiiihhh... Ndriiii...!”
Jari tengahku itu berhenti pada gundukan daging kecil
berwarna kemerahan yang terletak di bibir vagina Kak Yeyen yang mulai dibasahi
cairan-cairan bening. Mula-mula kuusap-usap daging kecil yang bernama klitoris
ini dengan perlahan-lahan. Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga
usapan-usapan tersebut sekarang sudah menjadi gelitikan, bahkan tak lama
kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan. Klitoris Kak Yeyen yang
bertambah merah akibat sentuhan jariku yang bagaikan sudah profesional, membuat
tubuh pemiliknya itu semakin menggelinjal-gelinjal tak tentu arahnya.
Melihat Kak Yeyen yang tampak semakin merangsang, aku
menambah kecepatan gelitikanku pada klitorisnya. Dan akibatnya, klitoris Kak
Yeyen mulai membengkak. Sementara vaginanya pun semakin dibanjiri oleh
cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat yang
masih sempit itu.
Puas menjelajahi klitoris Kak Yeyen, jari tengahku mulai
merangsek masuk perlahan-lahan ke dalam vagina guru sekolahku itu. Setahap demi
setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang
pertama. Dengan susah payah memang, sebab vagina Kak Yeyen memang masih teramat
sempit. Kemudian perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi. Pada saat
setengah jariku sudah amblas ke dalam vagina Kak Yeyen, terasa ada hambatan.
Seperti adanya selaput yang cukup lentur.
“Aiiihh… Ndri…” Kak Yeyen merintih kecil seraya meringis
seperti menahan rasa sakit. Saat itu juga, aku langsung sadar, bahwa yang
menghambat penetrasi jari tengahku ke dalam vagina Kak Yeyen adalah selaput
daranya yang masih utuh. Ternyata guru sekolahku satu-satunya itu masih
perawan. Baru aku tahu, ternyata sebandel-bandelnya Kak Yeyen, ternyata guru
sekolahku itu masih sanggup memelihara kehormatannya. Aku sedikit salut
padanya. Dan untuk menghargainya, aku memutuskan tidak akan melanjutkan
perbuatanku itu.
“Ndri….. Kok distop…..” tanya Kak Yeyen dengan nafas
terengah-engah.
“Kak, Kak kan masih perawan. Nanti kalo aku terusin kan Kak
bisa…..”
Kak Yeyen malah menjulurkan tangannya menggapai
selangkanganku. Begitu tangannya menyentuh ujung penisku yang masih ada di
dalam celana pendek yang kupakai, penisku yang tadinya sudah mengecil, sontak
langsung bergerak mengeras kembali. Ternyata sentuhan lembut tangannya itu
berhasil membuatku terangsang kembali, membuatku tidak dapat membantah apapun
lagi, bahkan aku seperti melupakan apa-apa yang kukatakan barusan.
Dengan secepat kilat, Kak Yeyen memegang kolor celana
pendekku itu, lalu dengan sigap pula celanaku itu dilucutinya sebatas lutut.
Yang tersisa hanya celana dalamku. Mata Kak Yeyen tampak berbinar-binar
menyaksikan onggokan yang cukup besar di selangkanganku. Diremas-remasnya
penisku dengan tangannya, membuat penisku itu semakin bertambah keras dan
bertambah panjang. Kutaksir panjangnya sekarang sudah bertambah dua kali lipat
semula. Bukan main! Semua ini akibat rangsangan yang kuterima dari guru
sekolahku itu sedemikian hebatnya.
“Kak….. aku buka dulu ya,” tanyaku sambil menanggalkan
celana dalamku.
Penisku yang sudah begitu tegangnya seperti meloncat keluar
begitu penutupnya terlepas.
“Aw!” Kak Yeyen menjerit kaget melihat penisku yang begitu
menjulang dan siap tempur. Namun kemudian ia meraih penisku itu dan
perlahan-lahan ia menggosok-gosok batang ‘meriam’-ku itu, sehingga membuat
otot-otot yang mengitarinya bertambah jelas kelihatan dan batang penisku itu
pun menjadi laksana tonggak yang kokoh dan siap menghujam siapa saja yang
menghalanginya. Kemudian Kak Yeyen menarik penisku dan membimbingnya menuju
selangkangannya sendiri. Diarahkannya penisku itu tepat ke arah lubang vaginanya.
Sekilas, aku seperti sadar. Astaga! Kak Yeyen kan guru
sekolahku sendiri! Apa jadinya nanti jika aku sampai menyetubuhinya? Apa kata
orang-orang nanti mengetahui aku berhubungan seks dengan guru sekolahku
sendiri?
Akhirnya aku memutuskan tidak akan melakukan penetrasi
lebih jauh ke dalam vagina Kak Yeyen. Kutempelkan ujung penisku ke bibir vagina
Kak Yeyen, lalu kuputar-putar mengelilingi bibir gua tersebut. Kak Yeyen
menggerinjal-gerinjal merasakan sensasi yang demikian hebatnya serta tidak ada duanya
di dunia ini.
“Aaahhh….. uuuhhhh…..” Kak Yeyen mendesah-desah dengan kuat
sewaktu aku sengaja menyentuhkan penisku pada klitorisnya yang kemerahan dan
kini kembali membengkak. Sementara bibirku masih belum puas-puasnya
berpetualang di payudara Kak Yeyen itu dengan puting susunya yang
menggairahkan. Terlihat payudara guru sekolahku itu dan daerah sekitarnya basah
kuyup terkena jilatan dan lumatanku yang begitu menggila, sehingga tampak
mengkilap.
Aku perlahan-lahan mulai memasukkan batang penisku ke dalam
lubang vagina Kak Yeyen. Sengaja aku tidak mau langsung menusukkannya. Sebab
jika sampai kebablasan, bukan tidak mungkin dapat mengoyak selaput daranya. Aku
tidak mau melakukan perbuatan itu, sebab bagaimanapun juga Kak Yeyen adalah
guru sekolahku, darah dagingku sendiri!
Kak Yeyen mengejan ketika kusodokkan penisku lebih dalam
lagi ke dalam vaginanya. Sewaktu kira-kira penisku amblas hampir setengahnya,
ujung “tonggak”-ku itu ternyata telah tertahan oleh selaput dara Kak Yeyen,
sehingga membuatku menghentikan hujaman penisku itu. Segera saja kutarik
penisku perlahan-lahan dari Yeyenng surgawi milik guru sekolahku itu.
Gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku dengan dinding lorong vagina
Kak Yeyen membuatku meringis-ringis menahan rasa nikmat yang yang tak
terhingga. Baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini. Lalu, kembali
kutusukkan penisku ke dalam vagina Kak Yeyen sampai sebatas selaput daranya
lagi dan kutarik lagi sampai hampir keluar seluruhnya.
Begitu terus kulakukan berulang-ulang memasukkan dan
mengeluarkan setengah batang penisku ke dalam vagina Kak Yeyen. Dan temponya
pun semakin lama semakin kupercepat. Gesekan-gesekan batang penisku dengan
Yeyenng vagina Kak Yeyen semakin menggila. Rasanya tidak ada lagi di dunia ini
yang dapat menandingi kenikmatan yang sedang kurasakan dalam permainan cintaku
dengan guru sekolahku sendiri ini. Kenikmatan yang pertama dengan kenikmatan
berikutnya, disambung dengan kenikmatan selanjutnya lagi, saling susul-menyusul
tanpa henti.
Tampaknya setan mulai merajalela di otakku seiring dengan
intensitas gesekan-gesekan yang terjadi di dalam vagina Kak Yeyen yang semakin
tinggi. Kenikmatan tiada taranya yang serasa tidak kesudahan, bahkan semakin menjadi-jadi
membuat aku dan Kak Yeyen menjadi lupa segala-galanya. Aku pun melupakan semua
komitmenku tadi.
Dalam suatu kali saat penisku tengah menyodok vagina Kak
Yeyen, aku tidak menghentikan hujamanku itu sebatas selaput daranya seperti
biasa, namun malah meneruskannya dengan cukup keras dan cepat, sehingga batang
penisku amblas seluruhnya dalam vagina Kak Yeyen. Vaginanya yang amat sempit
itu berdenyut-denyut menjepit batang penisku yang tenggelam sepenuhnya.
“Aaaauuuuwwww…..” Kak Yeyen menjerit cukup keras kesakitan.
Tetapi aku tidak menghiraukannya. Sebaliknya aku semakin bernafsu untuk memompa
penisku itu semakin dalam dan semakin cepat lagi penetrasi di dalam vagina Kak
Yeyen. Tampaknya rasa sakit yang dialami guru sekolahku itu tidak membuat aku
mengurungkan perbuatan setanku. Bahkan genjotan penisku ke dalam lubang
vaginanya semakin menggila. Kurasakan, semakin cepat aku memompa penisku,
semakin hebat pula gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku itu
dengan dinding vagina Kak Yeyen, dan semakin tiada tandingannya kenikmatan yang
kurasakan.
Hujaman-hujaman penisku ke dalam vagina Kak Yeyen
terus-menerus terjadi sambung-menyambung. Bahkan tambah lama bertambah tinggi
temponya. Kak Yeyen tidak sanggup berbuat apa-apa lagi kecuali hanya menjerit-jerit
tidak karuan. Rupa-rupanya setan telah menguasai jiwa kami berdua, sehingga
kami terhanyut dalam perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh dua guru
dan murid.
“Aaaah….. Andri….. aaahhh…..” Kak Yeyen menjerit panjang.
Tampaknya ia sudah seakan-akan terbang melayang sampai langit ketujuh. Matanya
terpejam sementara tubuhnya bergetar dan menggelinjang keras. Peluh mulai
membasahi tubuh kami berdua. Kutahu, guru sekolahku itu sudah hampir mencapai
orgasme. Namun aku tidak mempedulikannya. Aku sendiri belum merasakan apa-apa.
Dan lenguhan serta jeritan Kak Yeyen semakin membuat tusukan-tusukan penisku ke
dalam vaginanya bertambah menggila lagi. Kak Yeyen pun bertambah keras
jeritan-jeritannya. Pokoknya suasana saat itu sudah gaduh sekali. Segala macam
lenguhan, desahan, ditambah dengan jeritan berpadu menjadi satu.
Akhirnya kurasakan sesuatu hampir meluap keluar dari dalam
penisku. Tetapi ini tidak membuatku menghentikan penetrasiku pada vagina Kak
Yeyen. Tempo genjotan-genjotan penisku juga tidak kukurangi. Dan akhirnya
setelah rasanya aku tidak sanggup menahan orgasmeku, kutarik penisku dari dalam
vagina Kak Yeyen secepat kilat. Kemudian dengan tempo yang tinggi,
kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku. Tak lama kemudian, cairan-cairan
kental berwarna putih bagaikan layaknya senapan mesin bermuncratan dari ujung
penisku. Sebagian mengenai muka Kak Yeyen. Ada pula yang mengenai payudara dan
bagian tubuhnya yang lain. Bahkan celaka! Ada pula yang belepotan di jok sofa
yang diduduki Kak Yeyen. Ditambah dengan darah yang mengalir dari dalam
vaginanya, menandakan keperawanan guru sekolahku itu berhasil direnggut olehku,
adik kandungnya sendiri!
Dan akhirnya karena kehabisan tenaga, aku terhempas begitu
saja ke atas sofa di samping Kak Yeyen. Tubuh kami berdua sudah bermandikan
keringat dari ujung rambut ke ujung kaki. Aku hanya mengenakan kaus oblong
saja, sedangkan Kak Yeyen telanjang bulat tanpa selembar benangpun yang
menutupi tubuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar