AKHIRNYA DAPAT MENYETUBUHI DIK TIARA
Tok…. Tok….tok…tok…tok.. “ terdengar suara kentongan bakso yang dipukul dengan nada khas. Panjang sekali, pendek tiga kali dan diakhiri ketukan panjang satu kali. Semua orang di desa itu sudah hafal bunyi kentongan bakso seperti itu.“Tiara.. itu.. Bang Riki sudah datang, katanya mau beli bakso..” kata seorang wanita muda pada temannya yang juga masih muda. Gadis yang disapa “Tiara’ tadi melongokkan kepalanya , nama lengkapnya Tiara sari. Sering disapa dengan sebutan Tiara.
Usianya baru menginjak 20 tahun. Wajahnya cantik sekali dengan kulit putih bersih, wajahnya bulat dengan hidung mancung bermata hitam bening berkilat-kilat. Orang akan menyangka Tiara adalah seorang bintang sinetron kalau belum tahu. Rambutnya hitam legam sepunggung, dibiarkannya selalu tergerai, senantiasa melompat ke kiri dan ke kanan jika Tiara berjalan.
Tidak heran kalau Tiara berada di dekat temannya, dia akan menjadi sangat menonjol, apalagi dengan temannya yang sekarang bersamanya, sangat jauh bedanya. Yang satu putih, yang satu agak hitam, yang satu cantik, yang satu tidak menarik.
Untungnya Tiara bukan tipe gadis yang sombong dan pilih-pilih teman, mungkin itu yang membuatnya disukai di antara teman-temannya. “Mana sih?” Tiara melongok ke arah suara kentongan. Dia berlari kecil ke luar pagar Asramanya.
Tiara memang tinggal di Asrama. Sekolahnya mengharuskan itu. Kebetulan Tiara sekolah di Sekolah Perawat Kesehatan di Tasikmalaya.
Orang paling senang melihat Tiara memakai seragam perawatnya yang serba putih, itu membuat tubuhnya jadi terlihat makin putih. “Itu, di ujung jalan,” temannya yang menyusul di belakang menjawab sambil menunjuk.
Sebuah gerobak bakso kecil berwarna biru kusam berjalan mendekat dari arah ujung jalan dan makin-lama makin mendekat.
Tukang baksonya bernama Riki, orangnya sudah berumur sekitar 40 sampai 50 an, rambutnya sudah memutih sebagian, sementara kumis dan janggutnya yang juga memutih terlihat tidak terawat, kalau saja dia tidak berdagang bakso, orang mungkin akan mengira dia orang gila kerena suka tersenyum-senyum sendiri.
“Eh, Non Tiara,” Riki mengembangkan senyumnya saat bertemu dengan Tiara, sebaris gigi kuning kehitaman terlihat berbaris di balik bibirnya yang tebal, wajahnya yang kotor tidak terawat berusaha tersenyum, tapi yang ada justru sebuah seringai mengerikan. “Eh.. iya Bang..” Tiara berusaha ramah dan membalas senyum Riki. “Yang biasa Non?” tanya Riki dengan nada aneh, seperti ramah yang dipaksakan. Dengan gerakan terburu-buru Riki menyiapkan Bakso yang dipesan. “Kok nggak kuliah Non?” tanya Riki di tengah kesibukannya.
“Memang lagi libur ya?” “Eh..” Tiara terkaget sesaat. Dalam pikirannya dari mana Riki tahu kesibukannya. “Iya Bang, lagi libur. Besok baru masuk lagi.” “Biasanya Non kalau libur kan jalan-jalan, sama siapa.. yang sering ke sini pakai motor RX King itu..?” Riki bertanya lagi.
Tiara teringat ke Fandi, pemuda yang sering mengunjunginya, meskipun bukan pacarnya, tapi Tiara memang suka pada Fandi. “Memangnya Abang kenal dia?” tanya Tiara sambil tersenyum.
“Ya.. dia kan juga sering beli bakso saya Non..” Riki menjawab canggung. Kemudian menyerahkan semanguk bakso yang mengepulkan uap panas ke tangan Tiara, tanpa sengaja, tangannya menyentuh tangan Tiara yang halus.
Sesaat entah kenapa badan Riki meremang, dia belum pernah merasakan kelembutan tangan gadis secantik Tiara.
Kaget kerana ada yang meraba tangannya, secara refleks Tiara menarik tangannya membuat pegangannya pada mangkuk bakso goyah, sebagian kuah bakso yang panas tumpah menyiram tangan Riki, membuatnya meringis kesakitan sambil mengibas-ngibaskan tangannya. “Aduh, maaf Bang, sa.. saya tidak sengaja..”
Tiara gugup setengah mati, kekagetannya saat tangannya diraba oleh Riki sekarang berubah menjadi kepanikan kecil. Dengan spontan karena naluri sebagai perawat, Tiara langsung menyerahkan mangkuk baksonya pada temannya, dia lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya, dengan cekatan Tiara mengelap tangan Riki yang tersiram kuah panas. “Nggak apa-apa..” kata Tiara, rasa paniknya berkurang dengan sendirinya melihat tangan Riki tidak terluka atau melepuh.
Semula Tiara takut Riki akan marah, tapi ternyata tidak, Riki hanya diam saja, bahkan tidak berkata apa-apa sampai Tiara selesai makan bakso. Bagi Tiara, kejadian itu dengan mudah bisa dilupakannya, tapi tidak bagi Riki. Kejadian itu sangat membekas di hatinya.
Selama berhari-hari wajah Tiara selalu berada di dalam pikiran Riki, seolah menari-nari di depan matanya. Dan perlahan-lahan segala pikiran itu berkembang menjadi sebuah perasaan aneh dalam diri Riki.
Perasaan yang menyimpang yang membuatnya ingin memiliki Tiara. Dan perasaan itu berkembang bagaikan makhluk buas yang mencabik-cabik dirinya dari dalam, membuatnya lupa pada keadaan dirinya, membuatnya lupa pada istri dan empat anaknya yang ditinggal di kota asalnya. Dan bila sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya pada Tiara, dia melampiaskannya dengan beronani sambil membayangkan dirinya sedang menyetubuhi Tiara.
Tapi Riki selalu bersikap biasa jika bertemu dengan Tiara, dan Sekarpun selalu bersikap ramah padanya. Hal ini yang membuat keinginan Riki untuk memiliki Tiara makin kuat.
Riki sudah salah mengartikan keramahan dan kebaikan Tiara. Keinginan menyimpang dari dalam diri Riki itu membuatnya malu setiap kali bertemu Tiara, bagaimanapun dia sadar dirinya terlalu jauh jika dibandingkan dengan Tiara.
Tiara seorang gadis yang sangat cantik dan masih sangat belia, sementara dirinya sudah tua dan berwajah jelek. Tapi keinginan itu sangat kuat menyerang dirinya, cukup kuat untuk mendesaknya melakukan perbuatan terkutuk, dia berusaha mengguna-gunai Tiara.
Dan didorong oleh keinginan yang menggebu-gebu itulah maka Riki memberanikan diri pergi menemui dukun yang selama ini dia percayai. Riki memang sering berkunjung ke dukun itu, terutama jika berhubungan dengan penglarisan dagangan baksonya.
Rumah dukun itu terpencil di pinggiran kota, dikelilingi oleh hutan yang cukup lebat. Butuh waktu satu jam jalan kaki jika ingin bertemu dukun itu karena rumahnya tidak bisa dijangkau oleh kendaraan.
Rumah itu sendiri tidak seberapa besar, bahkan bisa dibilang kecil. Sebuah rumah kayu berkesan kumuh dan hampir rusak. Kayu-kayunya sudah usang dan dimakan rayap, semantara sebagian gentingnya juga sudah pecah, ditambal oleh potongan asbes gelombang.
Begitu masuk ke rumah itu, perasaan yang muncul adalah keseraman yang luar biasa. Dinding rumah yang tidak seberapa itu dipenuhi oleh tengkorak-tengkorak binatang, bahkan Riki melihat ada beberapa tengkorak manusia terselip di sela-selanya.
Keseraman makin terasa saat masuk ke ruangan dukun yang didominasi warna hitam. Ruangan tanpa jendela itu dipenuhi asap kemenyan yang membuat siapapun yang masih waras akan mabuk mencium baunya.
Riki melihat dukun itu duduk menghadapi sebuah meja pendek yang dipenuhi oleh sesaji, dupa dan benda-benda logam yang kemungkinan adalah jimat sementara di dinding sebelah kanan dan kirinya terdapat rak-rak kayu berisi puluhan kuali dan botol botol porselen yang ditutup kain berwarna merah. “Kembali lagi rupanya,” dukun itu berujar dengan suara berat.
Dia memakai semacam jubah berwarna hitam yang terkesan kedodoran. Rambutnya gondrong menjela-jela di antara bahunya. Kumis dan jenggotnya yang sebagian sudah memutih dibiarkan memanjang dan tidak terawat. Matanya nanar menatap Riki yang berlutut ketakutan, bagian bawah matanya yang mengantung dan keriput berkedut-kedut saat menatap Riki. Wajahnya yang tua terkesan seram ditimpa nyala lampu minyak di dekatnya, satu-satunya penerangan yang ada di situ.
“I.. iya.. Mbah..” Riki menjawab gemetar, badannya seolah menciut seukuran botol saat mata si dukun menatapnya dengan tajam. “Ini bukan urusan jualanmu kan?” si dukun menebak jitu, membuat Rikimengangguk penuh takzim,mengagumi kehebatannya. “Urusan apa? Apa kamu tidak malu datang ke sini lagi? Yang dulu saja kamu belum bisa membayar, kan?” si dukun bertanya ketus.
Riki merasa mengerut lagi. Urusan penglarisannya yang dulu memang belum dia bayar karena tidak mampu, tapi kali ini Riki sudah merencanakan sesuatu. “Saya pasti akan bayar Mbah..” Riki terbata-bata.
“Tapi saya tidak membayar dengan uang.” “Lalu dengan apa?” suara si dukun menggedor jantung Riki, membuatnya pucat ketakutan. Riki merogoh saku bajunya dengan gemetar dan menyerahkan sesuatu pada si dukun. Si dukun menerima pemberian Riki lalu diamatinya sebentar.
“Kamu mau membayarku dengan dia?” tanya si dukun, tapi kali ini suaranya melunak. Dikembalikannya pemberian Riki, Riki mengamatinya sejenak. Ternyata itu adalah foto Tiara yang sedang tersenyum manis sekali. Foto itu dicurinya dari dompet Tiara saat tertinggal di gerobaknya. “Jadi kamu mau mengguna-gunai dia ..?” si dukun menebak lagi.
Riki mengangguk, sekali lagi dengan penuh ketakziman. Si dukun kemudian menanyakan tanggal dan hari kelahiran Tiara, Riki langsung menyebutnya dengan lancar karena Riki juga pernah melihat KTP Tiara.
Si dukun mengangguk-angguk sesaat, lalu dia mulai merapal mantra-mantra sambil menghitung-hitung sesuatu dengan jari-jari tangannya. “Sulit Riki..” si dukun berujar setelah diam beberapa lama.
Ajang terlihat kecewa. “Tapi jika kamu berhasil, maka dia akan menjadi milikmu selamanya.” Si dukun melanjutkan, membuat Riki kembali lega. “Tapi syaratnya sangat sulit.” “Saya akan kerjakan Mbah, sesulit apapun akan saya kerjakan.” Riki berujar mantap.
“Syaratnya, pertama kamu harus puasa mutih tujuh hari tujuh malam tanpa putus dimulai pada hari dan weton kelahirannya, lalu kamu berikan ini padanya.” Si dukun cabul itu memberi Riki semacam cairan yang dikemas dalam botol kecil berwarna hijau. “U.. untuk apa Mbah..?” Riki merasa bingung.
“Itu ramuan pemikat, tolol,” si dukun membentak. “Kamu pikir cukup hanya mantra dan jampi-jampi saja? Pastikan dia meminum cairan itu dan bukan orang lain, kalau tidak, risikonya kamu tanggung sendiri.” Riki mengangguk mengerti. Hatinya terasa lebih riang sehingga seolah dia bisa mengambang satu setengah meter di udara saat berjalan pulang.
Otaknya segera penuh dengan rencana. Dan pada satu kesempatan, ketika Tiara membeli bakso darinya Riki dengan gesit memasukkan cairan ramuan pemikat dari dukun ke dalam mangkuk bakso Tiara, dan dengan harap-harap cemas Riki melihat bagaimana Tiara dengan lahap menghabiskan baksonya. Rikipun melakukan ritual yang diperintahkan si dukun.
Dan tepat pada malam yang ditentukan, Riki mulai melancarkan mantra pengasihan yang didapatnya. Sambil membakar kemenyan, Riki mulai membayangkan wajah Tiara. Dengan mulut berkomat-kamit dia memanggil nama Tiara sambil terus melancarkan mantra pengasihannya.
Di tempat lain, Tiara yang sedang tidur mendadak menjadi gelisah, hawa di sekitarnya seolah bertambah panas mambuat sekujur badannya berkeringat.
Nafasnya perlahan-lahan memburu dan terengah-engah. Di dalam tubuhnya seolah meledak sebuah dorongan aneh yang membuat nafsu birahinya meledak, seperti ada binatang buas yang mencabik-cabik tubuhnya dari dalam.
Dalam tidurnya, Tiara bermimpi seolah dirinya sedang bercumbu dengan Riki. Tiara tidak tahan melawan dorongan birahi gaib itu, dia akhirnya melepas semua pakaiannya sehingga dia terbaring telanjang bulat di ranjang.
Tiara lalu mulai meremas-remas payudaranya sedniri dengan ganas sambil merintih-rintih penuh kenikmatan sambil sesekali memencet puting susunya sendiri, tangannya kemudian beralih ke selangkangannya dan mengelus-elus gundukan vaginanya sambil sesekali jari-jarinya mengaduk-aduk liang vaginanya.
Persetubuhan gaib antara Tiara dan Riki berakhir setelah Tiarar mengalami orgasme, Tiara mengejang sambil merintih penuh kenikmatan, dari vaginanya mengucur cairan kewanitaan sampai akhirnya tubuhnya kembali melemas dan terbaring terengah-engah di ranjang bersimbah keringat.
Di tempat lain Rikipun merasakan kenikmatan yang sama dan akhirnya berejakulasi dengan menyemprotkan spermanya.
Sejak malam itu, perhatian Tiara terhadap Riki berubah sama sekali. Tiara mulai terang-terangan memperlihatkan kesukaannya pada Riki, Tiara bahkan berani menanyakan rumah Riki dan berjanji akan mengunjunginya.
Beberapa malam terakhir Tiara selalu memimpikan hal yang sama yaitu melakukan persetubuhan dengan Riki. Hal itu yang kemudian membuat Tiara terus-menerus terbayang-bayangi oleh Riki.
Di mata Tiara sekarang Riki bukan lagi pria tua buruk rupa tapi sudah menjelma bak pangeran dalam dongeng. Di mata Tiara sekarang Riki adalah seorang pemuda gagah dan tampan yang senantiasa menggoda matanya, pengaruh mantra pengasihan yang diberikan si dukun benar-benar merasuki jiwa Tiara.
Sementara Riki sendiri tiap malam selalu melancarkan mantra pengasihannya pada Tiara untuk melakukan persetubuhan gaibnya dengan Tiara, Rikipun selalu menunggu kapan dirinya bisa benar-benar menikmati tubuh Tiara. Dan akhirnya saat itupun datang juga.
Sore itu, malam Minggu tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kontrakan Riki. Dengan tergesa-gesa Riki membuka pintunya. Betapa kaget dan gembiranya dia ketika melihat bidadari yang selama ini diimpikannya sekarang berdiri di depan pintu rumahnya. “Eh.. Dik Tiara..”
Riki tersenyum antara gembira dan bingung. Dengan canggung Riki mempersilakan Tiara masuk. Tiara dengan gerakan canggung mengikuti saja ajakan Riki. Riki merasa mendapat kesempatan dan hal ini tidak disia-siakannya.
Setelah ganti baju, Riki mengajaknya ngobrol tentang segala hal yang isa diobrolkan. “Dik Tiara cantik banget ya hari ini” kata Riki memuji. “Ah, Bang Riki bisa aja,” kata Tiara sambil tersipu malu. “Eh beneran lho… kamu cantik banget.. kamu mau nggak jadi pacar Abang,” ujar Riki dengan lugu dan spontan.
Semula Tiara hanya diam mendengar pertanyaan itu, saat itu Riki mulai melancarkan mantra pengasihannya pada Tiara, dan Tiara akhirnya mengangguk. Melihat hal itu, Riki bagai mendapat durian runtuh, seketika dia langsung memegang tangan Tiara, Tiara tidak menunjukkan perlawanan apa-apa karena sudah terpengaruh oleh mantra pengasihan Riki.
Lalu karena mendapat angin, Riki mulai berani mencium bibir Tiara yang merah merekah itu. Dengan gerakna kasar dan rakus, Riki melumat bibir Tiara penuh nafsu. Perlahan lidah Riki mulai bergeliat di dalam mulut Tiara.
Awalnya Tiara tidak merespon, tapi akhirnya lidahnya pun akhirnya membalas serangan-serangan lidah Riki di dalam mulutnya secara serasi.
Koleksi Cerita Porno Pilihan | Riki melumat bibir Tiara yang tipis dan merah itu kira-kira hampir 5 menit dengan penuh gairah. Baru pertama kali inilah Riki merasakan kenikmatan ciuman wanita yang menggairahkan yang tidak pernah didapatnya dari istrinya.
“Dik…, kita pindah aja yuk! jangan disini, nggak leluasa,” kata Riki seakan-akan dia ingin mengajak Tiara melakukan hal lain selain berciuman. “Pindah kemana?” kata Tiara. Kita ke dalam aja,” jawab Riki sambil menggandeng tangan Tiara. Dia kemudian mengunci pintu kontrakannya dan menggandeng Tiara masuk ke sebelah dalam.
Di situ terdapat ranjang rendah berlapis kasur busa usang dengan kain seprai yang sama usangnya. Pikiran Riki mulai tidak karuan bercampur nafsu ketika melihat Tiara tidak bereaksi apa-apa saat diajak ke dalam kamarnya.
Sesampainya kami di kamar, adegan kami berciuman kembali terulang, tak hanya itu, sewaktu mereka berciuman kedua tangan Rikipun beraksi terhadap tubuh Tiara, awalnya Riki hanya meraba tubuhnya, tapi akhirnya Riki mulai meremas-remas payudara Tiara yang masih terbalut pakaian. “..Ohh.. Tiara sudah lama aku tidak bergaul dengan wanita secantik dirimu..” Riki mulai meracau di tengah gejolak seksualnya yang kian menggebu.
“seandainya kau bersedia, ingin rasanya aku menyetubuhimu… akan kuberikan kepuasan yang kau dambakan..” Tiara yang sudah dirasuki matra pengasihan hanya bisa mengangguk pasrah, apalagi Riki juga dengan buas terus-menerus menciumi dan mencumbui Tiara membuat dorongan birahi dalam diri Tiara ikut meledak, nafsu birahinya semakin menjadi jadi.
Vaginanya berdenyut-denyut menahan dorongan seksualnya yang menggebu. Satu-satunya keinginannya sekarang adalah bagaimana bisa memuaskan hasrat seksualnya. Tanpa sadar Tiara mulai melepaskan bajunya satu-persatu bahkan sekaligus melepaskan BH dan celana dalamnya tanpa diminta.
Dengan tubuh bugil putih mulus sungguh sangat sexy Tiara menaiki tempat tidur sambil mengangkat pantatnya yang sexy buah dadanya yang membusung ikut bergoyang, lalu dengan perlahan ia membuka kedua pahanya sehingga kelihatan vaginanya yang juga membusung, bibirnya terbelah merekah kemerah-merahan diantara bulu bulu kemaluannya yang halus dan sudah kelihatan basah berair.
Riki meneguk ludah mengagumi keindahan dan kemulusan tubuh Tiara yang begitu putih bak pualam. Tanpa pikir panjang lagi Riki juga membuka pakaiannya sampai bugil.
Perlahan Riki mulai meremas kedua belah payudara Tiara yang terasa begitu lembut di tangannya. Tiara mengejang pelan saat payudaranya disentuh pria untuk pertama kali. Nafsu seksualnya langsung meledak dahsyat.
Riki memicingkan sebelah matanya benar benar tak percaya apa yang dilihatnya, lekuk lekuk tubuh Tiara yang begitu sempurna telanjang bulat bulat terpampang dihadapannya lalu dengan kata kata bergetar ia meneruskan celotehannya “..Ohh akhirnya kau datang Sayangku.. pahamu sungguh mulus..” Riki menaruh kedua tangannya di paha Tiara sambil mengelusnya.
Tiara bergetar hebat, sentuhan tangannya kembali menggetarkan birahinya. Tiara terangsang begitu hebat oleh sentuhan tangan Riki yang mengelus ngelus pangkal pahanya menyentuh pinggiran vaginanya, “.. sshh.. mmhh.. oogghhss..!! Bagaikan diguyur air hangat Tiara mendesah Riki, tubuhnya terasa dialiri jutaan volt, kenikmatan napsu birahinya makin terangsang hebat.
Lalu perlahan Riki mulai menelentangkan tubuh mulus Tiara di atas rangang dan mengatur posisi kaki Tiara mengangkang begitu rupa sehingga vaginanya terkuak. Riki lalu mendekatkan penisnya ke bibir vagina Tiara lalu mulai menekan kepala penis yang sudah pas berada di posisi mulut lubang vagina itu.
Tampak kepala penis Riki masih agak sulit masuk kedalam lubang vagina Tiara yang walaupun sudah basah dan berair itu karena belum pernah kemasukan penis sekalipun. Perlahan-lahan Riki mulai menekan batang penisnya sehingga sedikit demi sedikit berhasil menyusup ke dalam vagina Tiara yang terasa sekali masih sempit walaupun sudah begitu basah.
“.. Aaakkhh.. sshh..! sempit sekalii..!!” Riki menggumam sendiri sambil menggelengkan kepalanya. “..Oohh Tiara sempit sekali vaginamu..” Riki sudah tidak sanggup lagi untuk bertahan, kepala penisnya yang sudah terjepit diantara bibir vaginanya ditambah tubuh Tiara yang begitu menggiurkan mana mungkin ia bisa mempertahankannya.
Lalu Riki membuka matanya sambil memandang mata Tiara dengan penuh pengharapan. Tiara kaget bukan kepalang tubuhnya terasa lemas, rasa malu menyelubungi seluruh pikirannya tidak satupun kata yang bisa meluncur dari mulutnya.
Melihat keadaan tidak begitu menunjang Riki langsung mengambil inisiatif. Riki langsung mencium bibir Tiara dengan mesra dan tanpa menunggu perintah lagi Riki mulai menggerakkan pinggulnya meneruskan aktivitasnya yang tadi sempat berhenti.
Riki tersenyum puas lalu dengan sekali sentakan mendorong pantatnya keatas, tampak Tiara agak tersentak dan mengerang ketika batang penisnya menyeruak masuk lebih dalam vaginanya. Mata Tiara terbeliak dengan mulut terbuka sambil kedua tangannya mencengkeram sprei dengan kuat-kuat.
Tak menyangka sedikitpun begitu besar batang kemaluan Riki menerobos liang vaginanya yang belum siap menerima ukuran sedemikian besar. Tampak bibir vaginanya sampai terkuak lebar seperti terkelupas seakan-akan tidak muat untuk menelan besarnya kemaluannya. “.. Ooukkhhss.. sshh.. sakiit Bang ..! Pelaann.. pelaann.. Bang..!” Tiara menangis antara nikmat dan perih di vaginanya. “…..
Ooukkhhss.. sshh.. sakiit Bang ..! Pelaann.. pelaann.. Bang..!” Tiara menangis antara nikmat dan perih di vaginanya.
“.. hhmm.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. ukkhh.. uukkhh..” Riki mulai mengeluarkan kata kata vulgar dan terlihat Tiara agak canggung mendengarnya.
Gejolak birahi Riki begitu menguasai tubuhnya tanpa canggung lagi mulailah ia menaik turunkan pantatnya mencari dan menggali kenikmatan yang ia ingin berikan kepada Tiara untuk pemuasan birahinya, batang penis Riki masuk menyusup lubang vaginanya tahap demi tahap hingga akhirnya amblas semuanya.
“..aarrgghh..!!” Tiara melenguh Riki, wajahnya merah merona matanya memandang Riki dengan pandangan sayu penuh arti seperti menahan sesuatu, mungkin menahan rasa sakit atau juga mungkin menahan rasa nikmat yang luar biasa.
Riki betul betul terpana melihat wajah Tiara yang semakin cantik diliputi ekspresi sensasional itu. Perlahan lahan Riki mulai aktif bergoyang menarik ulur batang kemaluannya yang besar itu, dinding vagina Tiara yang sudah dilumuri cairan vaginanya mulai terasa licin.
Wajah Tiara semakin lepas mengekspresikan rasa sensasinya yang luar biasa yang ia tidak pernah perkirakan sebegitu nikmatnya bercinta dengan Riki, Tanpa Tiara sadari ia mulai berceloteh diluar kontrol.
“..Ohhss.. sshh.. enaak.. seekalii….!! oougghh..Teruss .. .. teerruuss..!!! Tiara mendesah, merintih dan mengerang sepuas puasnya. Tiara sudah lupa diri bahwa yang menyetubuhi dirinya adalah orang yang tidak sepantasnya menggaulinya, yang ada dibenak Tiara hanyalah letupan birahi yang harus dituntaskan.
Mereka dengan antusiasnya saling berpelukan sambil berciuman. Terdengar suara nafas mereka saling memburu kencang, lidah mereka saling mengait dan saling menyedot, saling bergulingan.
Riki mengambil inisiatif dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik turun semakin cepat diantara selangkangan Tiara yang semakin terbuka lebar, Tiara pun mengangkat kedua kakinya tinggi tinggi sambil ditekuknya sampai ke kepalanya, pantatnya ikut diangkat memudahkan batang kemaluan Riki seluruhnya masuk dan menggesek seluruh syaraf syaraf kenikmatan dirongga vaginanya, bagi Rikipun semakin mudah menyodokkan penisnya yang Riki besar itu keluar masuk sampai kepangkal penisnya sampai menghasilkan suara bedecak-decak seperti suara membecek seiring dengan naik turunnya pantatnya.
Riki memperhatikan kearah selangkangan Tiara vaginanya mencengkeram penisnya erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan vagina Tiara, yang sudah basah membanjir penuh dengan cairan putih kental sehingga membasahi bulu-bulu kemaluannya itu dan juga batang kemaluannya.
Riki mendengus-dengus bagai banteng terluka genjotannya makin ganas saja.
Payudaranya makin dibusungkan bahkan tubuhnya digerakkan kekiri dan kekanan supaya kedua puting buah dadanya yang sudah gatal itu mendapatkan giliran dari serbuan mulutnya. Desahan penuh birahi langsung terlontar tak tertahankan begitu lidah Riki yang basah dan kasar menggesek putingnya yang terasa sangat peka itu.
Riki begitu bergairah menjilati dan menghisap buah dada dan putingnya di sela-sela desah dan rintihan Tiara yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini,
“..oouugghhss ..oouugghhss.. sshh..” Tiara makin meracau tidak karuan, pikiran Tiara sudah tidak jernih lagi, terombang ambing didalam pusaran kenikmatan, terseret didalam pergumulan sex dengan Riki, jiwanya serasa seenteng kapas melambung tinggi sekali. Tiara merasakan kenikmatan bagai air bah mengalir ke seluruh tubuhnya mulai dari ujung kakinya sampai keubun ubunnya. Tubuh Tiara akhirnya mengejang sambil memeluk tubuh Riki erat sekali.
Jiwanya terasa berputar putar merasakan semburan kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme. Riki terus menggenjot tubuh Tiara yang hanya pasrah dipelukannya mengharapkan gelombang kenikmatan selanjutnya.
Lebih dari sejam Riki menyetubuhi Tiara tanpa henti, Tiara makin lama makin terseret didalam kenikmatan pergumulan seks yang ia belum pernah rasakan.
Tubuh Tiara akhirnya melemas lagi dan Riki yang sudah tidak tahan akhirnya menyemburkan spermanya di dalam rahim Tiara.
Untuk beberapa saat Riki membiarkan penisnya masih menancap di dalam vagina Tiara mencoba meresapi setiap kenikmatan tubuh putih mulus itu. Ditatapnya wajah Tiara yang sekarang terlihat sendu, ada sebutir air mata mengalir di pipinya. Riki membiarkan tubuh Tiara yang berada dalam pelukannya untuk beristirahat sejenak.
Dilihatnya ada bercak darah bercampur lendir putih di seprainya, Tiara memang benar-benar masih perawan. Hal itu membuat Riki makn merasa senang karena berhasil memerawani seorang gadis secantik Tiara.
Setelah beristirahat sejenak, Riki meminta Tiara berbalik sambil menungging, lalu dengan posisi doggy style Riki kembali membenamkan penisnya ke dalam kemaluan Tiara, kali ini kemaluan Tiara bisa menerima setiap sodokan penis Riki yang berukuran besar itu.
Tiara merasakan liang vaginanya menyempit karena tertekuk oleh perutnya sehingga ia merasakan setiap detail denyutan kenikmatan yang dihasilkan oleh batang penis Riki yang merasuk ke liang kenikmatannya, secara refleks Tiara meningkatkan sensasi sensual ini dengan memutar mutar pantatnya yang putih sexy itu bahkan ketika Riki menyodok penisnya yang besar itu, Tiara menyambutnya dengan mendorong keras pantatnya kebelakang sehingga penis Riki yang besar dan Riki itu masuk ke dalam vaginanya dalam sekali mengaduk-aduk seluruh rongga kenikmatannya.
Apa yang terlihat sungguh merupakan pemandangan yang sangat erotis. Seorang wanita yang sangat cantik dan bertubuh mulus dan begitu sexy disetubuhi oleh seorang pria setengahj baya yang berkulit hitam dan buruk rupa.
Tubuh Tiara yang mulus ramping menungging meliuk liuk, bongkahan pantatnya yang sekal dan mulus bergerak gerak dengan liarnya, kepalanya bergeleng kekiri dan kekanan, sementara buah dadanya yang montok bergoyang erotis sekali ditambah dengan erangan dan desahannya mendayu dayu memenuhi ruangan kamar, Tiara sudah berubah menjadi kuda betina liar dimana Riki memegang kendali permainan sex ini sepenuhnya.
‘Pertempuran’ seks berlanjut terus, Riki menahan erat pinggang Tiara yang ramping supaya tubuh Tiara tidak terjerembab ke depan karena vaginanya digenjot cepat sekali sampai batang penisnya yang besar keluar masuk liang vagina begitu dahsyat tanpa ampun, semakin deras liang vaginanya digenjot keperkasaan penisnya semakin keras erangan Tiara mengumandang dikamar yang dipenuhi hawa napsu birahi kedua insan ini.
Tubuh Tiara sampai bergetar hebat, terlihat ia mengejang kuat-kuat pertanda ia sedang mengalami kenikmatan yang maha dahsyat. Tiara benar benar melayang kelangit yang ketujuh didalam pergumulan sexnya dengan pedagang bakso ini.
Riki sangat puas melihat kepasrahan Tiara, lalu ia merunduk memeluk tubuh Tiara dari belakang tangannya merogoh keselangkangan Tiara, jari jari Riki memainkan klitoris Tiara dengan memutar mutarnya, sambil menggenjot dengan penisnya yang besar itu.
Tiara mengerang dengan liar, tubuhnya yang dalam posisi menungging meliuk meliuk tanpa terkendali, rupanya klitorisnya merupakan alat kelamin yang paling sensitif buat Tiara, lubang vaginanya yang sudah dihajar begitu rupa oleh penis yang berukuran luar biasa itu ditambah clitorisnya ditekan sambil diputar-putar oleh jari Riki, maka sempurnalah puncak kenikmatan yang ia rasakan, tangan Tiara mencengkeram sprei erat sekali, dahinya berkerut, mulutnya seperti ingin teriak dan mendesah desah tak henti hentinya.
Rupanya Tiara sedang dilanda kenikmatan yang amat sangat luar biasaa. posisi tubuhnya yang sedang menungging makin ditunggingkan pantatnya keatas memasrahkan vaginanya dihujam oleh keperkasaannya dengan mengharapkan kedatangan gelombang kenikmatan berikutnya yang merupakan pengalaman pertama buat Tiara untuk mendapatkan multiple orgasme.
AAAAAAHHHHKKKHHHH ….!!” Tiara mengerang histeris diterjang klimaks keduanya yang lebih Riki dan lebih dahsyat dari yang pertama, mukanya merah merona terbakar oleh puncak birahinya wajahnya semakin cantik diliputi ekspresi kenikmatannya tubuhnya mengejang cukup lama selama orgasmenya berlangsung.
Tiara benar benar takluk mendapatkan kepuasan yang luar biasa, rasa ketagihan merasuk jiwanya, ingin rasanya melanjutkan persetubuhannya selama-lamanya dengan Riki karena ia bisa memberikan multiple orgasme yang ia tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Tubuh Tiara sudah tidak bertenaga lagi akhirnya ambruk ditempat tidur berbaring napasnya tersengal sengal, Riki ikut membaringkan dirinya disamping Tiara.
Seharian Riki mengajari Tiara bagaimana caranya bercinta untuk menggapai kenikmatan. Satu hari penuh Tiara mendapatkan pengalaman luar biasa. Riki merangsang nafsu birahinya dengan menyetubuhi dirinya berbagai macam posisi, posisi 69 pun tak lupa dipraktekkan dan Tiara menjadi murid yang cepat tanggap.
Tidak bisa dihitung berapa kali Tiara mengalami orgasme, yang jelas Tiara begitu menikmati bahkan mungkin begitu ketagihan disetubuhi batang kemaluan yang begitu besar dan perkasa. Dan Rikipun begitu puas bisa merealisasikan keinginannya menggauli Tiara yang sangat menggairahkannya. Riki mengalami ejakulasi dengan penuh kenikmatan.
Setelah kejadian hari itu, Riki selalu berusaha untuk bisa bertindak wajar seolah olah tidak terjadi sesuatu diantara mereka bahkan Riki tidak terlalu memaksakan keinginannya untuk berhubungan seks kalau situasi tidak memungkinkan.
Tetapi lain halnya dengan Tiara, terlihat ia begitu grogi setiap bertemu dengan Riki terutama jika teman-temannya berada disampingnya, sulit sekali ia menutupi kegelisahannya.
Sebagai seorang wanita perasaannya lebih banyak dikendalikan oleh emosinya. Setiapkali menatap Riki walaupun Riki berpakaian lengkap tetapi yang terbayang adalah tubuh kekarnya yang bertelanjang bulat dengan batang kemaluannya yang menantang.
Sejak hari itu Tiara tidak bisa lagi menahan keinginannya untuk tidak memadu kasih dengan Riki. Da ketika libur, ia mencuri-curi waktu dan kesempatan untuk pergi ke tempat Riki tanpa diketahui oleh teman-temannya.
Riki yang memang sengaja memanggil Tiara dengan mantra pengasihannya langsung menyambut memenuhi keinginan Tiara untuk bercinta. Saling lumat dan saling cumbu. Tangan Riki meraba dan mengelus daerah sensitif Tiara, hingga pada puncaknya mereka saling jilat dengan posisi 69. Kepala Riki membenam di selangkangan Tiara, menjilati dan menciumi vagina dan klitoris Tiara.
Semantara Tiara juga sibuk mengocok batang kemaluan Riki sambil mulutnya mengulum kepala batang kemaluannya, awalnya Tiara agak canggung dengan gaya permainan itu tapi Riki yang berpengalaman membimbing Tiara untuk melakukannya.
Tiara mulai terbiasa menerima penis Riki di mulutnya, perlahan dia mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan. Lalu Tiara memajukan wajahnya, sambil melanjutkan kocokannya dia menyapukan lidahnya pada kepala penis itu.
Riki mendesah merasakan belaian lidah Tiara pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Tiara sendiri walaupun merasa tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.
Tiara merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Riki yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Riki menekan kepalanya sambil melenguh Riki.
Cairan putih kental itu menyembur deras di dalam mulutnya dan mau tidak mau, Tiara harus menelannya, rasanya yang asin dan kental itu membuatnya hampir muntah sehingga tersedak. Beberapa saat kemudian barulah semprotannya melemah dan berhenti. Tiara langsung terbatuk-batuk begitu Riki mencabut penis itu dari mulutnya.
Memang Riki adalah guru yang baik, akhirnya Tiarapun terbiasa dan boleh dibilang piawai dalam melakukan oral seks sampai Riki orgasme, dan spermanya menyembur keluar di wajah Tiara yang cantik. Tiara lalu merebahkan badannya dan terlentang. Riki sambil mendekati Tiara, dia lalu berbaring di dekat Tiara.
Riki mulai membelai wajahnya dan menciumi pipinya, kumisnya yang kasar seperti duri menusuk-nusuk pipi Tiara yang halus. Riki lalu menciumi bibir Tiara dengan gerakan lembut berulang-ulang sambil tidak lupa tangannya bergerak ke payudara Tiara yang kenyal dan lembut, payudara yang putih mulus itu dibelai-belai dan diremas dengan lembut, sesekali Riki mempermainkan puting payudara Tiara yang berwarna pink segar dengan jari-jarinya.
Tiara langsung terhanyut oleh perlakuan itu, gerakan-gerakan Riki yang sangat berpengalaman membuat pertahanannya sedikit demi sedikit bobol.
Perlahan Tiara mulai memberikan respon pada ciuman Riki, tanpa disadari, Tiara mulai membuka mulutnya dan membiarkan lidah Riki bermain-main dengan lidahnya, bahkan Tiara mulai ikut memainkan lidahnya sendiri dan membiarkan bibirnya berpagutan dengan bibir Riki.
Sambil terus berciuman, Riki terus membelai dan meremas-remas payudara Tiara dengan lembut. Lalu Riki mengarahkan ciumannya ke bagian leher Tiara. Tiara menerima perlakuan itu sambil mendesah pelan.
Riki terus menciumi sekujur leher Tiara, lalu ciumannya bergerak menelusuri bagian payudara Tiara. Dengan lidahnya, Riki menjilat-jilat payudara mulus itu dengan lembut, ujung lidahnya sesekali menyapu puting payudara Tiara membuat Tiara makin terangsang.
Desahan nafasnya mulai memburu, wajah Tiarapun mulai memerah. Tiara seperti berada di lautan kenikmatan yang maha luas dan akhirnya seperti biasanya pula batang kemaluan Riki yang besar mengaduk liang kenikmatannya.
Dan seperti yang didambakan Tiara, Riki melambungkannya terbang melayang layang diawang awang menggapai puncak kenikmatan yang tertinggi. Gesekan penis di dalam vaginanya memberikan sensasi luar biasa pada sekujur tubuh Tiara membuatnya mengejang dan bergerak liar.
Tiara benar-benar menikmati persetubuhan dengan Riki. Dia membiarkan saja saat Riki kembali menciumi bibirnya ditengah-tengah persetubuhan.
Bahkan ketika Riki menghentikan genjotannya, secara tidak sadar Tiara gantian menggerak-gerakkan pantatnya, dan Tiara pun menurut saja ketika Riki menyuruhnya berganti posisi. Entah sudah berapa posisi yang dipraktekkan mereka.
Tiara sendiri sudah mengalami berkali-kali orgasme, dia mendesah-desah menyebut nama Riki, Sementara penis Riki terasa semakin berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya dengan geraman Riki dia menumpahkan spermanya ke dalam rahim Tiara.
Dan hari-hari berikutnya Tiara makin sering berkunjung ke tempat Riki, kesempatan itupun kembali digunakan Riki untuk bisa menikmati kenikmatan tubuh Tiara yang memang sangat didambakannya.
Tiara sendiri sudah begitu terlena oleh Riki, selain oleh mantra pengasihan yang dimiliki Riki juga merasakan kenikmatan yang luar biasa saat Riki menyetubuhinya. Kini setelah kejadian itu, mereka selalu terlihat sering berdua.
Tiara selalu datang ke kontrakan Riki sekedar untuk melepaskan unek-uneknya tentang masalah kampus namun bagi Riki itulah saat baginya untuk menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh Tiara.
Riki pun akhirnya menikmati tubuh Tiara yang merupakan calon perawat itu dengan sembunyi-sembunyi, Tiarapun kini telah memutuskan hubungan dengan pacarnya dan ia menerima Riki sebagai calon suaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar