Ada rekomendasi Poker Online dengan Winrate Tinggi Yaitu HEBOHQQ
BUKTI ID PRO HEBOHQQ
UNTUK LINK ID PRO KLIK DI SINI
Ini adalah kisah pengalamanku
yang sengaja aku beberkan untuk pertama kalinya. Sebut saja namaku Heri, aku
sendiri tinggal di Bandung. Kejadian yang aku alami ini kalau tidak salah
ingat, terjadi ketika aku akan lulus SMA pada tahun 2010.
Sungguh
sebelumnya aku tak menyangka bahwa aku akan meniduri adikku sendiri yang
bernama Indri. Dia termasuk anak yang rajin, sebab dia adalah yang memasak dan
mencuci pakaian sehari-hari. Ibuku adalah seorang pedagang kelontong di pasar,
sedangkan ayahku sudah lama meninggal. Entah mengapa Ibu tidak berniat untuk
menikah lagi.
Yang
ibu lakukan setiap hari adalah sejak jam 4 subuh dia sudah pergi ke pasar dan
pulang menjelang magrib, aku pun sekali-sekali pergi ke pasar untuk membantu
ibu, itu pun kalau terpaksa sedang tidak punya uang. Sedangkan adikku karena
seringnya tinggal di rumah maka dia kurang pergaulan hingga kuperhatikan
tampaknya dia belum pernah pacaran. Oh ya, selisih umurku dengan adikku hanya
terpaut dua setengah tahun dan saat itu dia masih duduk di kelas 1 SMA.
Baiklah,
aku akan mulai menceritakan pengalaman sex dengan adikku ini. Kejadiannya
ketika itu aku baru pulang dari rumah temanku Anto pada siang hari, ketika
sampai di rumah aku mendapati adikku sedang asyik menonton serial telenovela di
salah satu TV swasta. aku pun langsung membuat kopi, merokok sambil berbaring
di sofa. Saat itu serial tersebut sedang menampilkan salah satu adegan ciuman
yang hanya sebentar karena langsung terpotong oleh iklan. Setelah melihat
adegan tersebut aku menoleh kepada adikku yang ternyata tersipu malu karena
ketahuan telah melihat adegan tadi.
“Pantesan
betah nonton film gituan” ujarku.
“Ih, apaan sih” cetusnya sambil tersipu malu-malu.
“Ih, apaan sih” cetusnya sambil tersipu malu-malu.
Beberapa
menit kemudian serial tersebut selesai jam tayangnya, dan adikku langsung pergi
ke WC. Kudengar dari aktifitasnya, rupanya dia sedang mencuci piring. Karena
acara di televisi tidak ada yang seru, maka aku pun mematikan TV tersebut dan
setelah itu aku ke WC untuk buang air kecil. Mataku langsung tertuju pada
belahan pantat adikku yang sedang berjongkok karena mencuci piring.
“Indri,
ikut dulu sebentar pingin pipis nih” sahutku tak kuat menahan.
Setelah
aku selesai buang air kecil, pikiranku selalu terbayang pada bongkahan pantat
adikku Indri. Aku sendiri tadinya tak mau berbuat macam-macam karena kupikir
dia adalah adikku sendiri, apalgi adikku ini orangnya lugu dan pendiam. Tetapi
dasar setan telah menggoyahkan pikiranku, maka aku berpikir bagaimana caranya
agar dapat mencumbu adikku ini.
Aku
seringkali mencuri pandang melihat adikku yang sedang mencuci, dan entah
mengapa aku tak mengerti, aku langsung saja berjalan menghampiri adikku dan
memeluk tubuhnya dari belakang sambil mencium tengkuknya. Mendapat serangan
yang mendadak tersebut adikku hanya bisa menjerit terkejut dan berusaha melepaskan
diri dari dekapanku.
Aku
sendiri lalu tersadar. Astaga, apa yang telah aku lakukan terhadap adikku. Aku
malu dibuatnya, dan kulihat adikku sedang menangis sesenggukan dan lalu dia
lari ke kamarnya. Melihat hal itu aku langsung mengejar ke kamarnya. Sebelum
dia menutup pintu aku sudah berhasil ikut masuk dan mencoba untuk menjelaskan
perihal peristiwa tadi.
“Maafkan..
Aa Indri, Aa tadi salah”
“Terus terang, Aa nggak tahu kenapa bisa sampai begitu”
“Terus terang, Aa nggak tahu kenapa bisa sampai begitu”
Adikku
hanya bisa menangis sambil telungkup di tempat tidurnya. Aku mendekati dia dan
duduk di tepi ranjang.
“Indri,
maafin Aa yah. Jangan dilaporin sama Ibu” kataku agak takut.
“Aa jahat” jawab adikku sambil menangis.
“Indri maafin Aa. Aa berbuat demikian tadi karena Aa nggak sengaja lihat belahan pantat kamu, jadinya Aa nafsu, lagian kan Aa sudah seminggu ini putus ama Teh Sari” kataku.
“Apa hubungannya putus ama Teh Sari dengan meluk Indri” jawab adikku lagi.
“Yah, Aa nggak kuat aja pingin bercumbu”
“Kenapa sama Indri” jawabnya.
“Aa jahat” jawab adikku sambil menangis.
“Indri maafin Aa. Aa berbuat demikian tadi karena Aa nggak sengaja lihat belahan pantat kamu, jadinya Aa nafsu, lagian kan Aa sudah seminggu ini putus ama Teh Sari” kataku.
“Apa hubungannya putus ama Teh Sari dengan meluk Indri” jawab adikku lagi.
“Yah, Aa nggak kuat aja pingin bercumbu”
“Kenapa sama Indri” jawabnya.
Setelah
itu aku tidak bisa berbicara lagi hingga keadaan di kamar adikku begitu sunyi
karena kami hanya terdiam. Dan rupanya di luar mulai terdengar gemericik air
hujan. Di tengah kesunyian tersebut lalu aku mencoba untuk memecah keheningan
itu.
“Indri,
biarin atuh Aa meluk kamu, kan nggak akan ada yang lihat ini” Adikku tidak
menjawab hanya bisa diam, mengetahui hal itu aku mencoba membalikkan tubuhnya
dan kuajak bicara.
“Indri, lagian kan Indri pingin ciuman kayak di film tadi kan?” bujukku.
“Tapi Aa, kita kan adik kakak?” jawabnya.
“Nggak apa-apa atuh Indri, sekalian ini mah belajar, supaya entar kalo pacaran nggak canggung”
“Indri, lagian kan Indri pingin ciuman kayak di film tadi kan?” bujukku.
“Tapi Aa, kita kan adik kakak?” jawabnya.
“Nggak apa-apa atuh Indri, sekalian ini mah belajar, supaya entar kalo pacaran nggak canggung”
Entah
mengapa setelah aku bicara begitu dia jadi terdiam. Wah bisa nih, gumanku dalam
hati hingga aku pun tak membuang kesempatan ini. Aku mencoba untuk ikut
berbaring bersamanya dan mencoba untuk meraih pinggangnya. Aku harus
melakukannya dengan perlahan. Belum sempat aku berpikir, Audi lalu berkata..
“Aa,
Indri takut”
“Takut kenapa, Say?” tanyaku.
“Ih, meuni geuleh, panggil Say segala” katanya.
“Hehehe, takut ama siapa? Ama Aa? Aa mah nggak bakalan gigit kok”, rayuku.
“Bukan takut ama Aa, tapi takut ketahuan Ibu” jawabnya.
“Takut kenapa, Say?” tanyaku.
“Ih, meuni geuleh, panggil Say segala” katanya.
“Hehehe, takut ama siapa? Ama Aa? Aa mah nggak bakalan gigit kok”, rayuku.
“Bukan takut ama Aa, tapi takut ketahuan Ibu” jawabnya.
Setelah
mendengar perkataannya, aku bukannya memberi alasan melainkan bibirku langsung
mendarat di bibir ranum adikku yang satu ini. Mendapat perlakuanku seperti itu,
tampak kulihat adikku terkejut sekali, karena baru pertama kalinya bibir yang
seksi tanpa lipstick ini dicumbu oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah
kakaknya sendiri. Adikku pun langsung mencoba untuk menggeserkan tubuhnya ke
belakang. Tetapi aku mencoba untuk menarik dan mendekapkan lebih erat ke dalam
pelukanku.
“Mmhh,
mmhh.., Aa udah dong” pintanya. Aku menghentikan pagutanku, dan kini kupandangi
wajah adikku dan rasanya aku sangat puas meskipun aku hanya berhasil menikmati
bibir adikku yang begitu merah dan tipis ini. Bermain di JAWAPOKER88 menangkan
jackpotnya
“Indri, makasih yah, kamu begitu
pengertian ama Aa” kataku.
“Kalau saja Indri bukan adik Aa, udah akan Aa..” belum sempat aku habis bicara..
“Udah akan Aa apain” bisiknya sambil tersenyum. Aku semakin geregetan saja dibuatnya melihat wajah cantik dan polos adikku ini.
“Udah akan Aa jadiin pacar atuh. Eh Indri, Indri mau kan jadi pacar Aa”, tanyaku lagi.
“Kalau saja Indri bukan adik Aa, udah akan Aa..” belum sempat aku habis bicara..
“Udah akan Aa apain” bisiknya sambil tersenyum. Aku semakin geregetan saja dibuatnya melihat wajah cantik dan polos adikku ini.
“Udah akan Aa jadiin pacar atuh. Eh Indri, Indri mau kan jadi pacar Aa”, tanyaku lagi.
Mendengar
hal demikian adikku lalu terdiam dan beberapa saat kemudian ia bicara..
“Tapi
pacarannya nggak beneran kan” Katanya sedikit ragu.
“Ya nggak atuh Say, kita pacarannya kalo di rumah aja dan ini rahasia kita berdua aja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama Ibu” jawabku meyakinkannya.
“Ya nggak atuh Say, kita pacarannya kalo di rumah aja dan ini rahasia kita berdua aja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama Ibu” jawabku meyakinkannya.
Setelah
itu kulihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukan jam 4 sore.
“Udah
jam 4 tuh, sebentar lagi Ibu pulang. Aa mandi dulu yah”, kataku kemudian.
Maka
aku pun bangkit dan segera pergi meninggalkan kamar adikku. Setelah kejadian
tadi siang aku sempat tidak habis pikir, apakah benar yang aku alami tadi. Di
tengah lamunanku, aku dikejutkan oleh suara Ibuku.
“Hayoo
ngelamun aja, Indro mana udah pada makan belum?” kata Ibuku.
“Ada tuh, emang bawa apaan tuh Bu?” aku melihat Ibuku membawa bungkusan.
“Ada tuh, emang bawa apaan tuh Bu?” aku melihat Ibuku membawa bungkusan.
Setelah
aku lihat ternyata Ibu membeli bakso, kemudian Ibuku memangil Audi dan kami
bersama-sama menyantap Baso itu. Untungnya setelah kejadian tadi siang kami
dapat bersikap wajar, seolah tidak terjadi apa-apa sehingga Ibuku tidak curiga
sedikit pun.
Malamnya
aku sempat termenung di kamar dan mulai merencanakan sesuatu, nanti subuh
setelah Ibu pergi ke pasar aku ingin sekali mengulangi percumbuan dengan adikku
sekalian ingin tidur sambil mendekap tubuh adikku yang montok. Keesokannya
rupanya setan telah menguasaiku sehingga aku terbangun ketika Ibu berpamitan
kepada adikku sambil menyuruhnya untuk mengunci pintu depan. Setelah itu aku
mendekati adikku yang akan bergegas masuk kamar kembali.
“Ehmm,
ehmm, bebas nih”, ujarku.
Adikku
orangnya tidak banyak bicara. Mengetahui keberadaanku dia seolah tahu apa yang
ingin aku lakukan, tetapi dia tidak bicara sepatah kata pun. Karena aku sudah
tidak kuat lagi menahan nafsu, maka aku langsung melabrak adikku, memeluk tubuh
adikku yang sedang membelakangiku. Kali ini dia diam saja sewaktu aku memeluk
dan menciumi tengkuknya.
Dinginnya
udara subuh itu tak terasa lagi karena kehangatan tubuh adikku telah
mengalahkan hawa dingin kamar ini. Kontolku yang mulai ngaceng aku
gesek-gesekkan tepat di bongkahan pantatnya.
“Say,
Aa pingin bobo di sini boleh kan?” pintaku.
“Idih, Aa genit ah, jangan Aa, entar..”
“Entar kenapa?” timpalku.
“Idih, Aa genit ah, jangan Aa, entar..”
“Entar kenapa?” timpalku.
Belum
sempat dia bicara lagi, aku langsung membalikkan tubuhnya dan langsung aku
pagut bibir yang telah sejak tadi siang membuat pikiranku melayang. Aku
kemudian langsung mendorongnya ke arah dinding dan menghimpit hangat tubuhnya
agar melekat erat dengan tubuhku. Aku mencoba untuk menyingkap dasternya dan
kucoba untuk meraba paha dan pantatnya.
Walaupun
dia menyambut ciumanku, tetapi tangannya berusaha untuk mencegah apa yang
sedang kulakukan. Tetapi aku tersadar bahwa ciumannya kali ini lain daripada
yang tadi siang, ciuman ini terasa lebih hot dan mengairahkan karena kurasakan
adikku kini pun menikmatinya dan mencoba menggerakkan lidahnya untuk menari
dengan lidahku. Aku tertegun karena ternyata diam-diam adikku juga memiliki
nafsu yang begitu besar, atau mungkin juga ini karena selama ini adikku belum
pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan lawan jenis.
Kini
tanpa ragu lagi aku mulai mencoba untuk menyelinapkan tanganku untuk kembali
meraba pahanya hingga tubuhku terasa berdebar-debar dan denyut nadiku terasa
sangat cepat, karena ini adalah untuk pertama kalinya aku meraba paha
perempuan. Sebelumnya dengan pacarku aku belum pernah melakukan ini, karena Sari
pacarku lebih sering memakai celana jeans. Dengan Sari kami hanya sebatas
berciuman.
Kini
yang ada dalam pikiranku hanyalah satu, yaitu aku ingin sekali meraba,
menikmati yang namanya heunceut (vagina dalam bahasa Sunda) wanita hingga aku
mulai mengarahkan jemariku untuk menyelinap di antara sisi-sisi celana
dalamnya. Belum juga sempat menyelipkan jariku di antara heunceutnya, Audi
melepaskan pagutannya dan mulutnya seperti ikan mas koki yang megap-megap dan
memeluk erat tubuhku kemudian menyilangkan kedua kakinya di antara pantatku
sambil menekan-nekan pinggulnya dengan kuat. Ternyata Audi telah mengalami
orgasme.
“Aa..
aah, eghh, eghh” rintih Indri yang dibarengi dengan hentakan pinggulnya.
Sesaat
setelah itu Audi menjatuhkan kepalanya di atas bahuku. Aku belai rambutnya
karena aku pun sangat menyayanginya, kemudian aku bopong tubuh yang telah
lunglai ini ke atas tempat tidur dan kukecup keningnya.
“Gimana
Sayang, enak?” bisikku. Aku hanya bisa melihat wajah memerah adikku ini yang
malu dan tersipu, selintas kulihat wajah adikku ini manisnya seperti Nafa
Urbach.
“Gimana rasanya, Sayang?” tanyaku lagi.
“Aa, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?” Eh, malah ganti bertanya adikku tersayang ini.
“Iya Sayang, gimana, enak?” jawabku sambil bertanya lagi.
“He-eh, enakk banget” jawabnya sambil tersipu.
“Gimana rasanya, Sayang?” tanyaku lagi.
“Aa, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?” Eh, malah ganti bertanya adikku tersayang ini.
“Iya Sayang, gimana, enak?” jawabku sambil bertanya lagi.
“He-eh, enakk banget” jawabnya sambil tersipu.
Entah
mengapa demi melihat kebahagian di wajahnya, aku kini hanya ingin memandangi
wajahnya dan tidak terpikir lagi untuk melanjutkan aksiku untuk mengarungi
lembah belukar yang terdapat di kemaluannya hingga sesaat kemudian karena
kulihat matanya yang mulai sayu dan mengantuk akibat orgasme tadi maka aku
mengajaknya untuk tidur. Kami pun terus tertidur dengan posisi saling
berpelukan dan kakiku kusilangkan di antara kedua pahanya.
Hangat
tubuh adikku kurasakan begitu nikmat sekali. Yang ada dalam pikiranku adalah
betapa nikmatnya jika aku menikah nanti, pantas saja di jaman sekarang banyak
yang kawin entah itu sudah resmi atau belum. Tanpa terasa aku pun sadar dan
terbangun dari tidurku, dan kulihat jam di kamar adikku telah menunjukkan jam 9
lewat dan adikku belum juga bangun dari tidurnya. Wah gawat, berarti dia hari
ini tidak sekolah, pikirku.
“Indri,
bangun kamu nggak sekolah?” tanyaku membangunkannya.
Indri
pun mulai terbangun dan matanya langsung tertuju pada jam dinding. Dia terkejut
karena waktu telah berlalu begitu cepat, sehingga dia sadar bahwa hari ini dia
tidak mungkin lagi pergi ke sekolah.
“Aahh,
Aa jahat kenapa nggak ngebangunin Indri” rajuknya manja.
“Gimana mau ngebangunin, Aa juga baru bangun” kataku membela diri.
“Gimana dong kalo Ibu tahu, Indri bisa dimarahin nih, ini semua gara-gara Aa”
“Loo kok Aa yang disalahin sih, lagian Ibu nggak bakalan tahu kalau Aa nggak ngomongin kan” jawabku untuk menghiburnya.
“Bener yah, Indri jangan dibilangin kalau hari ini bolos”
“Iyaa, iyaa” jawabku.
“Gimana mau ngebangunin, Aa juga baru bangun” kataku membela diri.
“Gimana dong kalo Ibu tahu, Indri bisa dimarahin nih, ini semua gara-gara Aa”
“Loo kok Aa yang disalahin sih, lagian Ibu nggak bakalan tahu kalau Aa nggak ngomongin kan” jawabku untuk menghiburnya.
“Bener yah, Indri jangan dibilangin kalau hari ini bolos”
“Iyaa, iyaa” jawabku.
Entah
mengapa tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk mandi bareng. Wah ini kesempatan
emas, alasan tidak memberitahu Ibu bahwa dia nggak masuk sekolah bisa kujadikan
senjata agar aku bisa mandi bersama adikku.
“Eh,
ada tapinya loh, Aa nggak bakalan bilang ama Ibu asal Indri mau mandi bareng
ama Aa” kataku sambil mengedipkan mata.
“Nggak mau. Aa jahat, lagian udah gede kan malu masak mau mandi aja musti barengan”
“Ya udah kalo nggak mau sih terserah” ancamku.
“Nggak mau. Aa jahat, lagian udah gede kan malu masak mau mandi aja musti barengan”
“Ya udah kalo nggak mau sih terserah” ancamku.
Singkat
cerita karena aku paksa dan dia tidak ingin ketahuan oleh Ibu maka adikku
menyetujuinya.
“Tapi
Aa jangan macem-macem yah” pintanya.
“Emangnya kalo macem-macem gimana?” tanyaku.
“Pokoknya nggak mau, mendingan biarin ketahuan Ibu, lagian juga itu kan gara-gara Aa, Indri bilangin Aa udah ciumin Indri” balasnya mengancam balik.
“Emangnya kalo macem-macem gimana?” tanyaku.
“Pokoknya nggak mau, mendingan biarin ketahuan Ibu, lagian juga itu kan gara-gara Aa, Indri bilangin Aa udah ciumin Indri” balasnya mengancam balik.
Jika
kupikir-pikir ternyata benar juga, bisa berabe urusannya, seorang kakak
bukannya menjaga adik dari ulah nakal laki-laki lain, eh malah kakaknya sendiri
yang nakal. Maka untuk melancarkan keinginanku untuk bisa mandi dengannya, aku
pun menyetujuinya. Kami berdua akhirnya bangun dari tidur dan setelah berbenah
kamar, kami berdua pun pergi menuju kamar mandi. Sesampai di kamar mandi kami
hanya saling diam dan kulihat adikku agak ragu untuk melepaskan pakaiannya.
“Aa
balik dulu ke belakang, Indri malu nih” pintanya.
“Apa nggak sebaiknya Aa yang bukain punya Indri, dan Indri bukain punya Aa”
“Apa nggak sebaiknya Aa yang bukain punya Indri, dan Indri bukain punya Aa”
Tanpa
pikir panjang aku menghampiri adikku dan aku cium bibirnya. Agar dia tidak malu
dan canggung untuk membuka pakaiannya, aku genggam tangannya dan aku tuntun
untuk membuka bajuku. Tanpa dikomando dia membuka bajuku setelah itu kutuntun
lagi untuk membuka celana basket yang aku kenakan.
Setelah
keadaanku bugil dan hanya memakai celana dalam saja kulihat adikku tegang,
sesekali dia melirik ke arah selangkanganku dimana kontolku sudah dalam keadaan
siaga satu. Kini giliranku menanggalkan daster yang ia kenakan. Begitu aku
buka, aku terbeliak dibuatnya karena ternyata tubuh adikku begitu bohai (body
aduhai). Dia lalu berusaha menutupi selangkangannya. Lalu dengan sengaja
kucolek payudaranya hingga adikku melotot dan menutupinya. Kemudian aku pun
balik mencolek memeknya, hehehe..
“Idihh,
Aa nggak jadi ah mandinya, malu”, rajuknya.
Adikku
lalu mengambil handuk dan melilitkan handuk tersebut kemudian melangkah keluar
kamar mandi, tetapi karena aku tidak mau kesempatan emas ini kabur maka aku
pegang tangannya dan terus aku peluk sambil kukecup bibirnya, karena ternyata
adikku sangat merasa nyaman bila bibirnya aku cium.
Aku
lalu menarik handuknya hingga terlepas dan jatuh ke lantai, dan aku pepet
tubuhnya ke arah bak air lalu gayung kuambil dan langsung kusiramkan ke tubuh
kami berdua. Merasakan tubuhnya telah basah oleh siraman air, adikku berusaha
untuk melepaskan ciuman dan desakan yang aku lakukan, tapi usahanya sia-sia
karena aku semakin bernafsu menyirami tubuh kami sambil kontolku aku
tekan-tekan ke arah selangkangannya.
Setelah
tubuh kami benar-benar basah, aku bagai kemasukan setan. Selain menyedot
bibirnya dengan ganas aku pun langsung mencoba untuk melepaskan celananya.
Setelah celana dalamnya terlepas dari sarangnya hingga ke tepi lutut, aku pun
menariknya ke bawah dengan kakiku hingga benar-benar terlepas. Sadar bahwa aku
akan berbuat nekat, Indri semakin berusaha untuk melepaskan tubuhnya. Sebelum
usahanya membuahkan hasil aku melepas pagutannya. Tunjukan keberuntunganmu
dengan bermain JAWAPOKER88 Online, Raih uang sebanyak-banyaknya
“Aa,
stop please” rengeknya sambil menangis.
“Indri, tolong Aa dong. Indri tadi subuh kan udah ngalami orgasme, Aa belum..” pintaku.
“Indri, tolong Aa dong. Indri tadi subuh kan udah ngalami orgasme, Aa belum..” pintaku.
Dan
tanpa menunggu waktu lagi di saat tenaganya melemah, aku kangkangkan pahanya
sambil kukecup bibirnya kembali sehingga dia tidak bisa menolaknya. Di saat itu
aku meraih burungku dari CD-ku dan mencoba mencari sarang yang sudah lama ini
ingin kurasakan.
Dalam
sekejap kontolku sudah berada tepat di celah pintu heunceut adikku, dan siap
untuk segera menjebol keperawanannya. Merasa telah tepat sasaran maka aku pun
menghentakkan pinggulku. Dan aku seperti benar-benar merasakan sesuatu yang
baru dan nikmat melanda seluruh organ tubuhku dan kudengar adikku meringis
kesakitan tapi tidak berusaha untuk menjerit. Melihat hal itu aku mencoba untuk
mengontrol diriku dan mencoba menenangkan perasaan yang membuatku semakin tak
karuan, karena aku merasa diriku dalam keadaan kacau tetapi nikmat hingga sulit
untuk diuraikan dengan kata-kata.
Aku
mencoba hanya membenamkan penisku untuk beberapa saat, karena aku tak kuasa
melihat penderitaan yang adikku rasakan. Kini pandangan aku alihkan pada kedua
payudara adikku yang masih diselimuti BH-nya. Aku mencoba untuk melepaskannya
tapi mendapat kesulitan karena belum pernah sekalipun aku membukanya hingga aku
hanya bisa menarik BH yang menutupi payudara adikku dengan menariknya ke atas
dan tiba-tiba dua bongkah surabi daging yang kenyal menyembul setelah BH itu
aku tarik.
Melihat
keindahan payudara adikku yang mengkal dan putingnya yang bersemu coklat kemerahan,
aku pun tak kuasa untuk segera menjilat dan menyedotnya senikmat mungkin.
“Aa,
ahh, sakit” rintih adikku.
Seiring
dengan kumainkannya kedua buah payudara adikku silih berganti maka kini aku pun
mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju mundur, walau aku juga merasakan
perih karena begitu sempitnya lubang heunceut adikku ini. Badan kami kini
bergumul satu sama lain dan kini adikku pun mulai menikmati apa yang aku
lakukan. Itu dapat aku lihat karena kini adikku tidak lagi meringis tetapi dia
hanya mengeluarkan suara mendesah.
“Eenngghh,
acchh, enngg, aacchh”
“Gimana, enakk?” aku mencoba memastikan perasaan adikku.
“Gimana, enakk?” aku mencoba memastikan perasaan adikku.
Dia
tidak menjawab bahkan kini justru tangannya meraih kepalaku dan memapahnya
kembali mencium mulutnya. Karena aku tidak ingin egois maka aku pun menuruti
kehendaknya. Aku kulum bibirnya dan lidah kami pun ikut berpelukan menikmati
sensasi yang tiada tara ini. Tanganku kugunakan untuk meremas payudaranya.
Gila, kenikmatan ini sungguh luar biasa, kini aku pun mencoba untuk menirukan
gaya-gaya di film BF yang pernah kulihat. Adikku kuminta menungging dan
tangannya memegang bak mandi.
Aku
berbalik arah dan mencoba untuk segera memasukan kembali kontolku ke dalam
memeknya, belum sempat niat ini terlaksana aku segera mengurungkan niatku,
karena kini aku dapat melihat dengan jelas bahwa heunceut adikku merekah merah
dan sangat indah. Karena gemas aku pun lalu berjongkok dan mencoba mengamati
bentuk heunceut adikku ini hingga aku melongo dibuatnya.
Mengetahui
aku sampai melongo karena melihat keindahan heunceutnya, adikku berlagak
sedikit genit, dia goyangkan pantatnya bak penyanyi dangdut sambil terkikik
cengengesan. Merasa dikerjai oleh adikku dan juga karena malu, untuk mebalasnya
aku langsung saja membenamkan wajahku dan kuciumi heunceut adikku ini, hingga
kembali dia hanya bisa mendesah..
“Aahh,
Aa mau ngapain.., ochh, enngghh” desahnya sambil mengambil nafas panjang.
Mmhh,
ssrruupp, cupp, ceepp, suara mulutku menyedot dan menjilati heunceut adikku
ini, dan aku perhatikan ada bagian dari heunceut adikku ini yang aneh, mirip
kacang mungkin ini yang namanya itil, maka aku pun mencoba untuk memainkan
lidahku di sekitar benda tersebut.
“Acchh, Aa, nnggeehh, iihh, uuhh,
gelii”, erangnya saat aku memainkan itilnya tersebut.
Karena
mendengar erangannya yang menggoda aku pun tak kuasa menahannya dan segera
bangkit untuk memeluk adikku dan memasukannya kembali dengan cepat kontolku
agar bersemayam pada heunceut adikku ini. Baru beberapa kocokan kontolku di
memeknya, adikku seakan blingsatan menikmati kenikmatan ini hingga dia pun
meracau tak karuan lalu..
“Aa,
Iindri, eenngghh, aahh..”
Rupanya
adikku baru saja mengalami orgasme yang hebat karena aku rasakan di dalam
memeknya seperti banjir bandang karena ada semburan lava hangat yang datang
secara tiba-tiba. Kini aku merasakan kenikmatan yang lain karena cairan
tersebut bagai pelumas yang mempermudah kocokanku dalam heunceutnya.
Setelah
itu adikku kini lunglai tak bertenaga, yang ia rasakan hanya menikmati
sisa-sisa dari orgasmenya dan seperti pasrah membiarkan tubuhnya aku entot
terus dari belakang. Mengetahui hal itu aku pun kini mengerayangi setiap lekuk
tubuh adikku sambil terus mengentotnya, mulai dari mencium rambutnya, menggarap
payudaranya sampai-sampai aku seperti merasakan ada yang lain dari tubuhku, ada
perasaan seperti kontolku ini ingin pipis tapi tubuh ini terasa sangat-sangat
nikmat.
“Aa,
udah.. Aa, Indri
udah lemess..” kata adikku.
“Tunggu Sayangg, Aa maauu nyampai nih, oohh”
“Tunggu Sayangg, Aa maauu nyampai nih, oohh”
Kurasakan
seluruh tubuhku bagai tersengat listrik dan sesuatu cairan yang cukup kental
aku rasakan menyembur dengan cepat mengisi rahim adikku ini. Sambil menikmati
sisa-sisa kenikmatan yang luar biasa ini aku memegang pantat adikku dan aku
hentakkan pinggulku dengan keras membantu kontolku untuk mencapai rongga rahim
adikku lebih dalam.
Kami
berdua kini hanya bisa bernafas seperti orang yang baru saja berlari-lari
mengejar bis kota. Setelah persetubuhan yang terlarang ini kami pun akhirnya
mandi, dan setelah itu karena tubuhku lemas maka aku tiduran di sofa sambil
menikmati acara televisi dan adikku kulihat kembali melakukan aktifitasnya
membereskan rumah meskipun tubuhnya jauh lebih lemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar